Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Geremis Itu Indah

Angin mulai Menderu - Nderu Terkumpul awan hitam yang Begitu Tipis Awan hitam Mulai rata Di atas Tempatku Singgah Sudah tetlihat menggelapkan Awan Biru Selang Berapa Detik ku melihat Ke Atas Percikan air jatuh di atas kepala  Membuat kepala merasa dingin dan Basah  Makin banyak percikan Berkumpul di atas Kepala Jatuh mengalir membasahi kening Dan Pipi Begitu juga Pundak Mulai Basah Basahnya Hanya fokus di atas Pundak Sambil tersapu angin Percikan Air melayang layang Kadang Jatuh mengenai daun daun  Kadang jatuh melayang langsung ketanah  Kulihat itu Sungguh elok Ibarat melihat tarian yang meliuk liuk  Tapi ini air yang menetes dari atas seakan menari berliuk liuk Untuk sampai Kebawah  Begitu indah Air hujan ini  Karena kuasa MU Dan ku anggap ini nikmatmu Maaf kan kan lah Aku kami dan semua  Yang Kurang Bersyukur .

Berteduh di Bawah Batang Pohon

Gambar
Langkah kaki Berjalan dari arah Utara Menuju tempat nyaman Di selatan  Terasa sangat cepat sampai Di selatan Ibarat di dorong keingingan dan harapan  Tak lain hati merasa di bantu angin Untuk sampai di tempat itu  Mulai untuk duduk memandang ke arah selatan Kadang arah barat kadang juga sesekali menoleh  Ke Utara  Tidak bisa memandang Ketimur sebab terhalang  Pohon yang berdiri sangat lama  Lamanya pohon berdiri membuat kokok kuat  Dan besar Semakin bertambah waktu duduk di rindang nya pohon Angin menerpa  Dari semilir hingga angin yang kencang Seakan angin dari arah mana saja  Makin lama angin semakin kencang  Angin angin yang berdatangan  Seakan membawa uap air dan menjadi awan Yang semakin menggumpal di atas langit Semakin banyak gumpalan awan Semakin abu abu bahkan menghitam  Di sisi lainya nya  Yang tadi warna langit biru bersih  Sela beberapa waktu ada butiran air jatuh  Membasahi kepala  Aku menoleh keatas dan ternyata gerimis udah beberapa saat Aku tidak tahu  sebab di bawah po

Kadang Kita Lelah

Malam dingin menyelimuti Bulan yang tidak tampak Di atas terlihat gumpalan air yang seakan ingin jatuh  Bahkan cahaya bintang pun tak terlihat Kau datang dan rebahkan kepalamu di pangkuan ku Mulai ku belai rambumu dan ke elus pipimu Sedikit demi sedikit matamu mulai berat  Dan akhirnya pun terpejam Aku menunduk kan muka menatap raut  wajah mu  Kulihat kelopak matamu yang terlihat begitu lelah Ingin ku mulai membelai kelopak matamu yanng lelah Tapi aku takut matamu Terbuka Kibiarkan kau lelap dan semakin lelap Dalam hati aku berkata Istirahatlah kamu lelah  Karena kalau kamu sudah bangun Banyak gelombang dan batu penghalang  dalam perjalanan Tapi aku yakin kamu mampu  Menahan ombak dan mengahncurkan batu penghalang Hanya satu ingat kamu tidak sendiri Ada allah yang selalu ikhlas menjagamu

Bimbang

Sebuah kicuan datang menghampiriku Di situ aku tertegun merenung  Bukan aku banyak pikiran atau apa  Melainkan melihat isi hati ku terdalam Apakah sudah mulai bersih atau tambah menghitam Di sela tertegun  aku mulai beranjak berdiri Tapi mau kamana aku setelah berdiri  Pikiran ku yang runyam memaksa untuk mengangkat kaki Setapak demi setapak yang tak tau arah kemana Terasa bingung niat dan serta pergerakan ku  Bahkan otak ku juga tidak sejajar Setelah beberapa sekian detik bahkan menit  Aku mulai sadar apa yang aku lakukan  Sembari berpikir mengingat apa yang aku lakukan  Aku duduk kembali  Menepuk dada berfikir apa yang terjadi tadi  Apa yang aku lakukan  Terasa kosong , hampa dan mungkin setengah tak sadar Ya sudah lah mungkin itu kemauan tubuh tapi hati tidak ingin melakukan

Dimana Wakil Kami

Gambar
Hey .. kau Yang di sana ..... !!! Duduk dengan Kursi Empuk  Dengan ruangan tinggi yang dingin  Hawa sejuk dari AC yang menyelimuti tubuh mu Tolong Dengarkan kami di sini  Yang berbalut panasnya mentari  Yang tidak kenal akan kotor dan sakit Bahkan kami  kadang hanya menghirup  Udara sisa dari kentutmu  Kami juga ingin hidup mewah  Akan tetapi hidup layak saja kami tertekan  Oleh semua peraturanmu Oleh semua kebijakanmu Tolong dengarkan kami... ! Hidup layak bukan hidup mewah Hanya kemakmuran yang kami inginkan Kami hanya bisa berteriak...!! Dimana wakil kami Dimana wakil kami Kumohon berpihaklah kepada kami  Kumohon belalah kami  Kumohon jadilah tempat bersandar kami Kumohon sampaikan tangisan kami

Memaksa Tertawa Dalam Dahaga

Perlahan matahari tepat di atas kepala Mendengar riuh suara kendaraan Seorang Duduk memegang Sebatang Rokok Dihisapnya sebatang Rokok di iringi keringat bercucuran Di tambah pula terik matahari yang menyengat Diantara riuh orang berbincang Terdengar suara keras Sebuah teriakan  Dimana waktu itu dia menoleh   Tatkala dia mendengar kabar  Kabar yang mungkin di anggap duka Akan tetapi dia menjunjung kabar duka tersebut Demi menjunjung profesionalisme dia  Bibir berkata apa dan hati berkata apa Hanya dia yang tau 

MUNGKIN

Perlahan aku berjalan  Di temani alas kaki yang rapuh Sedikit demi sedikit tanjakan kakiku menapak Di situ pula aku sambil menoleh ke kanan untuk berbelok Ada bangku besar yang biasa untuk duduk  Di situ pula aku meletak kan badan ku  Sambil mengangkat kaki ku sebelah kiri  Kupegang pula biar tidak jatuh  Disaat itu pula aku melepas alas kaki yang agak rapuh Melihat ke kanan kekiri kenapa tidak ada sosok yang lewat Apa mungkin mereka semakin hilang Apa mungkin mereka beralih ke jaman  Apa mungkin suasana yang dulu hilang Apa mungkin ini akan berlanjut Ah.. itu tidak mungkin kata hati ku Hanya kuasaMu yang aku yakini 

Kala

Gambar
Membentang sebuah Kerinduan Terlukis jarak yang Indah Saat masa berganti  Di titik sebuah Waktu  Terbentang alunan suara angin yang Menderu Terngiang pembicaraan Manusia bercerita Disaat ricuh orang berdiskusi Disitu pula aku  menunggu  Bergeliat pohon melambai karena angin yang kencang Berterbangan daun daun yang gugur  Tepat jatuh di depan Seseorang yang duduk bersila Dan waktu ini tak akan terlupa 

Tetap Berdiri Tegak

Air Sungai Mengalir dengan Sempurna Seakan ada yang Mengatur  Riuk ombak kecil kadang Terlempar Angin Di sela ikan Mencari Makan  Banyak Juga Batang Kayu Mengambang Di situlah Kadang Terdapat Mahkluk Bertahan Berpegang Erat Biar tak Jatuh Begitu Pula Batang kayu meliuk - liuk mengikuti Arus Semakin Erat Pula Untuk Berpegang

Siang Diatas

Aku duduk menyandar  Dengan pegangan sebatang Rokok Disaat itu pula sambil merenung Menulis sebuah  tulisan yang tak begitu Penting Melaju seorang berduyun duyun membawa tentengan Saat itu pula aku menoleh Dengan Sengaja aku memanggil Berharap mereka untuk mampir Tapi tak Sedikit pun menoleh  Ah ... Biar kan saja  Mungkin belum rejeki  Kembali aku untuk bersandar Dan menunggu lagi orang bersebrang di depan ku