Razia Ponsel Siswa Tak Efektif

Pengamat pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang, Muhdi, menilai, razia telepon seluler yang dilakukan terhadap para siswa untuk mengantisipasi peredaran video porno, tak efektif.
"Razia ponsel yang dilakukan terhadap para siswa hanya dilakukan di sekolah, bagaimana setelah mereka pulang sekolah," kata Muhdi yang juga Rektor IKIP PGRI Semarang itu di Semarang, Minggu.
Menurut dia, kekhawatiran pihak sekolah terhadap peredaran video porno di kalangan siswa terkadang disikapi secara spontan dengan melakukan razia, padahal hal itu justru tidak terlalu efektif.
Terlebih lagi, kata dia, kekhawatiran itu semakin besar dengan merebaknya peredaran video porno dengan pemeran mirip artis yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan masyarakat.
Ia mengatakan pihak sekolah harus menerapkan pendidikan karakter dan mental siswa secara optimal sehingga mereka tak mudah goyah ataupun tergoda dengan hal-hal negatif yang terjadi.
"Kalau karakter, kepribadian, dan mental siswa sudah disiapkan secara kuat, sekolah tidak perlu khawatir secara berlebihan dan melakukan razia-razia semacam itu," katanya.
Namun, kata dia, pendidikan karakter saat ini sepertinya kurang diperhatikan dan jarang diterapkan di sekolah-sekolah, padahal hal itu dapat membentengi siswa dari berbagai perbuatan negatif.
"Karena itu, pihak sekolah harus menanamkan pendidikan karakter terhadap seluruh siswa secara terus-menerus dan jangan sampai siswa kekurangan aktivitas setelah proses pembelajaran rutin berakhir," katanya.
Menurut dia, pihak sekolah dapat menanamkan pendidikan karakter itu ke dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, namun sayangnya banyak sekolah yang saat ini tak lagi mengadakan kegiatan semacam itu.
"Padahal, kegiatan ekstrakurikuler sangat positif dan dapat mengisi aktivitas siswa seusai sekolah, sehingga siswa terhindar dari kegiatan-kegiatan negatif," kata Muhdi yang juga Sekretaris Umum PGRI Jateng itu.
Senada dengan itu, Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng, Tafsir, menilai, peredaran video porno dengan pemeran mirip artis yang belakangan marak merupakan risiko dari perkembangan teknologi.
"Perkembangan teknologi terjadi sangat cepat dan menimbulkan berbagai dampak negatif yang tidak dapat dihindari, karena itu perlu penguatan iman, akhlak, dan mental para umat," katanya.
Menurut dia, pemerintah sudah mengupayakan antisipasinya dengan pemblokiran situs yang menayangkan video porno itu, namun cara itu juga tidak terlalu efektif karena membutuhkan biaya sangat besar.
Upaya menggelar razia-razia di sekolah dan berbagai instansi sebenarnya baik, kata dia, tetapi harus dilakukan secara terus-menerus, karena itu upaya semacam itu juga menjadi tidak terlalu efektif.
"Upaya yang paling efektif adalah pembinaan dan penguatan mental, dan kuncinya ada di tangan seorang ibu yang mendidik anaknya menjadi anak tangguh yang tidak mudah goyah dengan hal-hal negatif," kata Tafsir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Keinginan